PROSES MANAJEMEN KINERJA
PEGAWAI IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
Oleh
Tontowi Jauhari
I. Pendahuluan
Efektivitas dan efisiensi organisasi dipengaruhi oleh
manajemen kinerja, Keefektifan organisasi tidak semata-mata terletak pada
manajemen kinerja individu, meskipun penekannya terletak pada individu.
Keefektifan kinerja terletak pada kejelasan misi, strategi, dan tujuan
organisasi. Ketika arah gerak organisasi jelas, maka dapat ditentukan output
yang harus dicapai oleh organisasi, departemen, seksi-seksi, dan individu.
Manajemen kinerja diharapkan dapat membangun suatu
proses sebagai sebuah sistem yang berkesinambungan, untuk menciptakan hubungan
kerja yang jelas antara individu dan organisasi dengan harapan tujuan organisasi
dapat tercapai dengan baik secara kualitas maupun kuantitas.Manajemen kinerja
sebagai sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam
kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya, proses ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang
akan dilakukan, artinya sejumlah bagian secara keseluruhan harus diikutsertakan
bila sistem manajemen kinerja ingin memperoleh nilai tambah baik bagi
organisasi, manajer, dan karyawan (Robert Bacal, 2005).
Dalam proses ini maka manajemen kinerja dikatakan
sebagai sebuah gaya manajemen dalam mengelola sumber daya berorientasi pada
kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan
dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis terpadu, sebagai
kekuatan pendorong tujuan organisasi (Wibowo, 2012).
IAIN Raden Intan Lampung sebagai sebuah institusi
pemerintah tidak terlepas dari proses manajemen kinerja, untuk membangun
komunikasi yang berkesinambungan sesuai visi bersama dengan pendekatan
strategis untuk mencapai tujuan, maka pemimpin harus mampu mengelola sumber
daya secara esensial sehingga diketahui seberapa besar kontribusi pegawai dalam
pencapaian tujuan organisasi, pagawai memahami arti kongkrit melakukan
pekerjaan dengan baik, terbangun kerjasama antara karyawan dan penyelia untuk
mempertahankan, memperbaiki, mengembangkan kinerja pegawai yang sudah ada saat
ini, dan mengukur kinerja pegawai.
II. Kajian
Teoritik
Organisasi selalu berupaya ingin memaksimalkan kinerja
dengan membangun sistem manajemen kinerja untuk melakukan proses identifikasi,
mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan memberi penghargaan
terhadap kinerja pegawai.
Manajemen Kinerja merupakan sebuahprosesuntuk mengkonsolidasikanpenetapan
tujuan, penilaian kinerja, dan pengembangan sebuahsistem
secaraumum, tujuankinerjaorganisasi, dan mendukungtujuanstrategis
organisasi
(Gary
Dessler,
2008). Dapat juga dikatakan Manajemen kinerja sebagaiproses sistematis untuk meningkatkan kinerja organisasidengan mengembangkan
kinerja individu dan tim, dengan memahami dan mengelola kinerja
dalam kerangka kerja yang disepakati sesuaitujuan yang
direncanakan,standar dan persyaratan kompetensi (Michael Armstrong, 2009).
Proses manajemenkinerjadigunakan untuk membangun pemahaman bersamatentang
apa yang ingin dicapai, dan untuk mengelola dan
mengembangkan orang dengan cara yangmemungkinkandapatmeningkatkan pencapaiantujuan jangka pendek dan panjang.Proses manajemenkinerjamerupakansebuah prose alami yang mencakupkegiatanperencanaan,
monitoring, menganalisis dan meninjau, karena itu merujuk
pada proses manajemen kinerja di mana 'proses' didefinisikan sebagai cara melakukan sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan (Michael Armstrong,
2009:58).
Perancangan manajemen kinerja hendaknya memenuhi kriteria
sebuah rancangan manajemen kinerja. menurut Brian Maskell (1981) dalam Darmawan
Wibisono ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi, tujuh kriteria Brian Maskell
tersebut adalah:
1.
Sistemmanajemenkinerja yang
dirancanghendaknyaberkaitanlangsungdenganstrategiorganisasi.
2.
Variable-variabelsebaiknyadiukurmenggunakanukuran non
finansial.
3.
Sistemmanajemenkinerja yang
dirancangharusfleksibeldandapatbervareasitergantungdarilokasiorganisasi.
4.
Sistemmanajemenkinerja yang
dirancangharusbersifatdinamisdanselaludiperbaharui.
5.
Sistemmanajemenkinerjaharusdirancangsesederhanamungkindanmudahdioperasionalkan.
6.
Sistemmanajemenkinerjaharusmemberikanumpanbalik yang
cepat, untukdapatdiambiltindakansesegeramungkin.
Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus
ditujukan untuk proses perbaikan bukan sekedar pemantauan.Kriteria-kriteria
tersebut menjadi acuan bagi organisasi agar memperoleh hasil yang maksimal dari
manajemen kinerja, supaya maksimal diperlukan langkah-langkah pokok dalam
proses manajemen kinerja, langkah tersebut terdiri dari: perencanaan kinerja,
pelaksanaan kinerja, umpan balik, riview kinerja, pengukuran kinerja, evaluasi
kinerja, dan perbaikan kinerja (Wibowo, 2012).
Perencanaan sebagai titik awal manajemen kinerja,
pegawai dan manajer bekerjasama dalam mengidentifikasi, memahami, dan
menyepakati apa yang seharusnya dikerjakan oleh pegawai, seberapa baiknya hal
itu perlu dilaksanakan, mengapa, bilamana dan seterusnya(Robert Bacal, 2005).
Proses awal dalam perencanaan kinerja adalah menjelaskan tentang alasan utama
manajemen kinerja dan pandangan yang jelas tentang apa yang diharapkan, serta
diperlukan komitmen yang kuat dari atasan dalam proses ini. Tahap selanjutnya
dalam merancang manajemen kinerja adalah menetapkan tujuan, manajemen
kinerja bertujuan untuk mengelola dan meningkatkan kinerja individu dengan
maksud untuk meningkatkan kinerja seluruh unit organisasi (http://www.cipd.co.uk). Tujuan ditetapkan dari arah dan strategi organisasi
secara keseluruhan dan akan diperbaiki secara bertahap, kemudian tujuan
mengalir dari atas kebawah sampai ketarget individu (top-down),
alternatifnya adalah pendekatan dari bawah keatas (bottom up) alternatif
ini berarti prioritas dan terget ditentukan oleh lapisan organisasi paling bawah.
Mengelola kinerja merupakan proses untuk memastikan
bahwa rencana kinerja tersebut dilaksanakan dan hasil yang ditentukan dapat
dicapai. Dalam mengelola pihak manajemen tidak hanya sekedar memberikan
penilaian tahunan, tetapi lebih kepada pemberian dukungan kepada pegawai dan
menciptakan kondisi yang memadai, sehingga dapat menghasilakan sesuatu yang
diharapkan. Manajer dalam pengelolaan dapat melakukan: Pertama,
pemberian bantuan praktis yang perlu seperti menyediakan sumber yang memadai. Kedua,
memastikan bahwa pegawai mengerti dengan jelas hasil apa yang harus dicapai dan
memberikan saran dan penjelasan jika diperlukan. Ketiga, memberikan
pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan pegawai, dan memastkan bahwa pegawai
dapat melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawabnya. Keempat,
menyesuaikan target, prioritas, dan pengukuran kinerja dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada target organisasi, prioritas, pasar,
kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
Katz dan Kahn (1966) menulis, sistem manajemenkinerjapada dasarnya berkaitan dengan masalah hubungan, struktur dan
saling ketergantungan.SedangkanWilliams (1998) mengidentifikasisistem kedalam tiga model
manajemen kinerja: 1) manajemen kinerja sebagai sistem untuk kinerja individu,
2) manajemen kinerja sebagai sistem untuk mengelola kinerja organisasi, dan 3)
kinerja manajemen sebagai suatu sistem untuk mengelola kinerja individu dan
organisasi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengelolaan kinerja sebagian
besar berkaitan dengan proses - bagaimana hal itu dilakukan. (Armstrong, 2009:58).
sistemmanajemenkinerjaadalah
serangkaiankegiatan yang saling terkaitdan proses yangdiperlakukansecara
holistiksebagaikomponen yang terintegrasidan kuncidari
pendekatanorganisasiuntuk mengelolakinerja melaluiorang-orang danmengembangkanketerampilan
dankemampuansumber daya manusianya, sehingga
meningkatkankemampuan organisasidan pencapaianberkelanjutan serta untuk keunggulan
kompetitif.
Peninjauan kinerja merupakan bagian dari proses
pengaturan kinerja, penilian kinerja sebagai satu bentuk dari proses meninjau
kinerja, dengan penilian kinerja manajer dapat menilai apakah pegawai bekerja
dengan memuaskan atau tidak. Proses penilaian kinerja merupakan suatu proses
dimana manajer dan pegawai sama-sama menilai sejauh mana karyawan telah
mencapai sasaran yang disepakati dan bekerjasama untuk mengatasi berbagai
kesulitan yang dijumpai.
Imbalan kinerja merupakan umpan balik dari proses
manajemen kinerja, yang mencoba memberikan kepada pegawai semacam imbalan atas
pencapaian target mereka. Imbalan ini tidak hanya sekedar bersifat finansial,
tetapi juga imbalan berupa pujian, kesempatan yang lebih besar dalam pelatihan
dan pengembangan, dan promosi.
III. Implementasi
Manajemen Kinerja Pada IAIN Raden Intan
IAIN Raden Intan Lampung untuk mampu meraih nilai
keunggulan bersaing dengan menumbuhkan daya adaptasi, inovasi dan antisipasi,
ketiga konsep tersebut digunakan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya dalam konteks ke-Islaman dan ke-Indonesiaan,
langkah-langkah tersebut guna memperkuat visi dan misi IAIN Raden Intan.
Tugas pokok IAIN Raden Intan adalah menyelenggarakan
pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang agama
Islam dan ilmu-ilmu lain yang terkait, dengan fungsi perumusan kebijakan dan
perumusan program, penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
agama Islam dan ilmu lain yang terkait untuk keselamatan umat manusia,
penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam dan ilmu lain
yang terkait, pengabdian pada masyarakat, pembinaan kemahasiswaan dan alumni,
pembinaan civitas akademika dan hubungan masyarakat, pelasanaan kerjasama
dengan perguruan tinggi/lembaga lain, penyelanggaraan administrasi dan
manajemen, pengendalian dan pengawasan manajemen, dan penilaian prestasi dan
proses penyelanggaraan kegiatan serta penyusunan laporan.
Visi misi dan tugas pokok serta fungsi di IAIN Raden
Intan dilaksanakan dalam bentuk Rencana
Kerja Tahunan, renacana kerja ini disusun atas dasar pengusulan program kerja
darim seluruh unit kerja yang ada di IAIN Lampung, dengan kata lain program
kerja tahunan berasal dari bawah (bottom up). Semua usulan program kerja
dari masing-masing unit yang terkumpul, di bawa pada rapat kerja pimpinan yang
di adakan satu tahun sekali dengan agenda utama mempelajari, mencermati setiap
usulan program kerja untuk di tetapkan menjadi program kerja tahunan.
Program kerja tahunan ini di disusun dan diusulkan
oleh setiap unit pada tahun berjalan dan akan digunakan sebagai program kerja
tahunan pada tahun yang akan datang, program kerja yang telah disetujui
kemudian dimintakan pengesahan kepada pejabat di atasnya yaitu Kementrian
Agama, dengan mempertimbangkan masukan dari dirjen aggaran untuk setiap
kegiatan (mata anggaran).
Pelaksanaan setiap program kerja pada tahun yang akan
datang dilaksanakan setelah petunjuk teknis operasioanl, dari kementerian agama
ke IAIN Raden Intan Lampung, estimasi pelaksanaan kegiatan baru dapat berjalan
pada kisaran bulan mei dan juni pada tahun yang akan datang, sedangkan tahun
anggaran berjalan biasanya berakhir pada akhir desember tahun berjalan.
Program kerja tahunan di evaluasi melalui daya serap
anggaran, artinya berapa banyak anggaran terserap pada setiap jenis program
kegiatan, dengan daya serap anggaran ini program kerja di evaluasi. Selain
bentuk daya serap anggaran bentuk evaluasi terhadap program tahunan berupa
fortofolio kegiatan dari setiap jenis kegiatan masing-masing program,
masing-masing laporan dihimpu oleh setiap unit kerja dan nanti pada waktunya
diserahkan pada pimpinan IAIN Raden Intan utuk di cermati tingkat efektivitas
dari setiap program kerja yang telah berjalan.
Dari evaluasi yang ada dijadikan umpan balik dalam
penyusunan program kegiata pada waktu yang akan datang, dan dari evaluasi
program kegiatan masing-masing unit kerja yang ada akan dapat mengembangkan
rogram kerja tahunannya dan dapat juga program kerja tahunan pada tahu yang
akan datang dikurangijenis kegiatannya.
IV. Efektivitas
Manajemen Kinerja pada IAIN Raden Intan
IAIN Raden Intan sama seperti organisasi maupun
instansi pemerintah lainnya, yaitu memiliki keinginan untuk meningkatkan
kinerja organisasi. Efektivitas kinerja organisasi ditandai oleh pengembangan dan peningkatan kinerja
individu dan timdalamorganisasi,manajemenkinerjajugaditandaidengan perubahan budaya
dalam bentuk penciptaan budaya kinerja tinggi.
Proses manajemenkinerja di IAIN RadenIntandiawalidenganperumusanvisi,
misidantujuanorganisasidenganmembangunbudayakinerjatinggimampu agar mampu meraih nilai keunggulan bersaing
dengan menumbuhkan daya adaptasi, inovasi dan antisipasi. Proses perancangan
kinerja IAIN Raden Intan diawali dengan perancangan program rencana kerja
tahunan (RKT), yang disusun berdasarkan input dari unit-unit organisasi yang
ada di dalam organisasi. Pada tahap proses perencanaan kinerja IAIN telah
mencoba merancang manajemen kinerja dengan mengkaitkan antara visi, misi,
tujuan dan strategi organisasi.
Pelaksanaankinerjadalamsebuahorganisasidirancangsecarafleksibel,
berbedadengan RKT
dilaksanakansesuaidenganpetunjukteknispelaksanaanrencanakerjatahunantersebut,
sehingga program kerja yang disusunakandilaksanakankisaranbulanmei-juni,
inimenunjukkantidakadanyafleksibelitaspelaksanaankinerjapada IAIN RadenIntan.
Bahkantidaksedikitpekerjaan yang tidakdapatdilaksanakankarenawaktupelaksanaan
program kerjabegitupendekdalamsetiaptahunnya,
yaitubulanmeihinggadesemberatauhanyadelapanbulanpelaksanaankerjaefektif.
Perancangankinerjadalam RKT
idealnyaharusdiukurtingkatkeberhasilandariperencanaankinerjatersebut,
pengukurankinerjatentunyaharusdidekatidenganberbagaialatukur yang
sesuaidengankinerja yang akandiukur, dalamhalini RKT
diukurberdasarkandayaserapbiayadarimasing-masing unit kerja, artinyapengukuran
RKT di IAIN diukurdenganukuran financial, padahalvariable-variabelsebaiknyadiukurmenggunakanukurannon
financialsebagaimanadikatakanBrian Maskell. Selaintutampaknyadayaserapinimerupakansatu-satunyaalatukur
yang digunakandalampengukurankinerjauntukrencanakerjatahunanini.
Pelaksanaankinerjadanpengukurankinerjatersebut,
seharusnyajugamemilikiumpanbalikdarikinerja yang
dilaksanakansetelahdilakukanpengukuran, umpanbalik yang
adaterhadappengukuranpelaksanaankinerjahanyalahdalambentukpenambahan program
disetiap unit kerjaataujugadapatberbentuktidakdisetujuinya program yang di
usulkanoleh unit kerjabersangkutan. Umpanbalikkinerjatidakdijumpaidalambentuk
reward, baikdalambentuk financial maupunnon financial.
Umpanbalik yang
adasemestinyabukanhanyadidasarkanpadapengukurankinerja,
tetapiumpanbalikjugadapatdilaksanakanpadarevieukinerjadanevaluasikinerja.Revieukinerjamerupakanbentukevaluasi
yang dilakukanpadasaat program
kinerjaitudilaksanakanatauselamapelaksanaankinerjaberjalan, revieukinerjapadarencanakerjatahunanpada
IAIN RadenIntanbelumberjalan, kalaupunadabaruberupasidak-sidak yang
dilakukanolehunsurpimpinantanpaadaumpanbalik.
Evaluasiterhadap program kerja
yang dilaksanakanbisadalambentukevaluasikinerjaindividu,
ataupunevaluasikinerjatimpelaksana program kerja. Evaluasikinerja yang
adasecara formal di IAIN RadenIntandalambentuk DP3
danevaluasiterhadaplaporankegiatanselamasatutahunberjalan, darievaluasitersebutseharusnyadigunakanuntukperbaikankinerjapadamasa
yang akandatang. Evaluasi yang adasaatinihanyadigunakanbagikebutuhanindividudalamkenaikanpangkatatauhanyasebagaibentukpertanggungjawaban,
sehinggabelumberdampakpadaperbaikankinerja.
Sistemmanajemenkinerja yang
dirancangpada IAIN RadenIntan,
harusnyadirancangsecaradinamisbukanlagisebuahpaket yang
disetujuiolehkementeriandantidakdapatdiperbaiki, sistemmanajemenkinerjayang dirancangdengan
proses yang begitupanjang, diawalidaripenyusunan program kerjamasing-masing
unit kerja, kemudiandiusulkankepimpinan IAIN, di rapatkerjakan,
diusulkankeKementrian Agama, mendapatpersetujuandirjenanggaran,
kemudianbaruditerbitkanpersetujuankegiatandisertaidenganpetunjukteknispelaksanaan
program kerja.
V. Kesimpulan
dan Saran
Dari bahasan-bahasan tersebut di atas, dapat
disimpulakan sebagai berikut:
1. Proses manajemen kinerja diawali dengan perencanaan
kinerja, pelaksanaan kinerja, umpan balik, riview kinerja, pengukuran kinerja,
evaluasi kinerja, dan perbaikan kinerja.
2. Manajemen kinerja di IAIN Raden Intan Lampung
dilaksanakan dengan proses perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran
kinerja, dan evaluasi dalam bentuk DP3 dan Laporan Kegiatan.
3. Manajemen kinerja yang efektif mampu membawa perubahan
pada individu dan tim dalam organisasi, serta mampu membentuk budaya kinerja
baru.
Untuk perbaikan kinerja bagi setiap organisasi
hendaknya dilakukan beberapa hal:
1. Proses manajemen kinerja yang efektif harus dilakukan
perbaikan secara berkesinambungan, dengan merencanakan, pelaksanaa, memberikan
umpan balik, melakukan riview, melakukan pengukuran dengan alat ukur yang
sesuai, dan melakukan evaluasi secara obyektif, serta melakukan perbaikan.
2. Bagi IAIN hendaknya melakukan proses manajemen kinerja
secara fleksibel, dan perlu lebih meningkatkan proses riview kinerja,
pengukuran kinerja, evaluasi, dan perbaikan kinerja.
3. Kinerja dari tahun ketahun harus mengalami perbaikan,
yang dicirikan dengan melakukan perbaikan budaya kinerja secara teris menerus.
Referensi:
Darmawan Wibisono, Manajemen
Kinerja, Konsep Desain dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan,
Jakarta: Erlangga, 2006.
Gary Dessler, Human Resource Management, Pearson Prentice Hall United Status or
Canada, 2008.
Michael Armstrong, Performance
Management, Kogan Page London and Philadelphia, 2009.
Robert Bakal, Performance Management, McGraw Hill Companies, Inc. 1999.
Robert L. Maltis& John H. Jackson,
Human Resource Management,
SalembaEmpat, 2006.
Wibowo, Performance Management, 2012.
Komentar
Posting Komentar