Langsung ke konten utama

Dasar-Dasar Perilaku Kelompok


Perilaku individu dalam kelompok adalah sesuatu yang lebih dari sekedar jumlah individu yang bertindak menurut caranya sendiri. Dengan kata lain, tindakan individu secara pribadi akan berbeda jika individu berada dalam suatu kelompok, itu sebabnya pemahaman kelompok di tempat kerja menjadi penting. Dalam organisasi, kelompok merupakan muasal organisasi. Suatu organisasi tersusun atas sejumlah kelompok formal mau pun informal, sehingga pemahamanakan kelompok merupakan hal mendsar dalam menjelaskan perilaku organisasi.

A.  Pengertian Kelompok
Kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.[1] Kelompok juga didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu.[2] Kelompok sebagai dua atau lebih individu yang beriteraksi dan saling tergantung yang berkumpul bersama untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.[3]Robbins & Judges (2009) mendifinisikan kelompok sebagai  dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling ketergantungan dalam mencapai tujuan secara bersama-sama. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah dua orang atau lebih yang berkumpul, berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan bersama yang tidak dapat dicapai seorang diri.
Kelompok terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial. Jenis interaksi antara individu-individu, meski informal, sangat mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka. Kelompok dapat di sub klasifikasikan menjadi empat, yaitu grup komando, tugas, kepentingan, dan pertemanan (Sayles, 1957 dalam Robbins & Judges, 2009). Grup komando dan tugas merupakan aliansi grup formal, sedangkan grup kepentingan dan pertemanan beraliansi pada grup informal.
Kelompok bila dilihat dari sifatnya ada kelompok yang bersifat Formal dan Informal.Kelompok Formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dan efetif. Sedangkan kelompok Informal adalah suatu kelompok yang tidak dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok formal dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok komando (command group) dan kelompok tugas (task group).
Kelompok komando adalah kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi, yang terdiri dari seorang manajer dan semua bawahannya. Kelompok Informal adalah suatu kelompok yang bekerjasama untuk menyelesaiakan suatu tugas atau proyek tertentu. Klasifikasi kelompok informal ada dua macam, yaitu; pertama, kelompok persahabatan, yakni kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama. Kedua, kelompok kepentingan, merupakan orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-masing orang[4].
Banyak individu bergabung dalam berbagai kelompok. Hal ini menjelaskan bahwa kelompok yang berlainan memberikan manfaat yang berbeda pada anggotanya. Tabel berikut merupakan ringkasan alasan terpopuler individu bergabung dalam kelompok.



Alasan
Deskripsi
Keamanan
Individu merasa lebih aman, kuat, berani, dan tahan terhadap ancaman.
Status
Individu mendapat pengakuan dan status dari anggota lain.
Penghargaan diri
Individu merasa harga dirinya meningkat karena merupakan bagian dari grup.
Afiliasi
Individu memenuhi kebutuhan sosialnya melalui interaksi dengan individu lainnya.
Kekuasaan
Individu dapat mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai sendirian. Ada kekuatan dalam banyak individu.
Pencapaian tujuan
Terpenuhinya kebutuhan individu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan melalui bakat yang terkumpul, pengetahuan, atau kekuatan antar individu

B.  Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok
Setelah suatu kelompok terbentuk, kelompok tersebut tidak langsung dapat bekerja dengan tingkat efektivitas tim yang karena biasanya melalui beberapa tahapan perkembangan untuk mencapainya. Tuckman (1965) dalam Robbins dan Judge menyatakan bahwa kelompok terbentuk melalui lima tahapan, yaitu pembentukan (forming), keributan (storming), penormaan (norming), pelaksanaan (performing), dan penangguhan/reses (adjourning).
Tahap pembentukan dicirikan oleh banyak sekali ketidak pastian mengenai maksud, struktur, dan kepemimpinan kelompok.  Tahap ini selesai ketika para anggota mulai berpikir tentang dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok. Tahap keributan adalah tahap konflik dalam kelompok. Para anggota menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan kendala yang dikenakan oleh kelompok terhadap individu. Tahap penormaan ditandai dengan berkembangnya hubungan anggota dan kelompok memeragakan saling ketertarikan. Tahap ini selesai bila struktur kelompok telah kokoh dan kelompok telah menyerap perangkat pengharapan dari apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar. Tahap pelaksanaan merupakan titik dimana struktur kelompok sepenuhnya berfungsi dan diterima, anggota kelompok telah saling mengerti dan memahami untuk melaksanakan tugas. Tahap reses adalah tahap kelompok memersiapkan pembubaran, perhatian kelompok mengarah pada penyelesaian aktivitas.


Tahap: pembentukan (forming), keributan (storming), penormaan (norming), pelaksanaan (performing), dan penangguhan/reses (adjourning).

Model Alternatif: Untuk Kelompok Temporer dengan Tenggat
Kelompok-kelompok temporer yang dibatasi tanggat waktu tampaknya tidak mengikuti model sebelumnya. Studi-studi menunjukan bahwa kelompok itu memiliki urutan tindakan (atau bukan tindakan) mereka sendiri yang unik:
1.   Pertemuan pertama menentukan arah kelompok,
2.   Fase pertama kegiatan kelompok adalah fase inersia (lemas tanpa energi),
3.   Terjadi peralihan (transisi) pada akhir fase pertama, yang disediakan,
4.   Transisi mengawali perubahan-perubahan besar,
5.   Fase inersia kedua mengikuti masa transisi, dan
6.   Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh kegiatan yang sangat terpacu. Pola ini disebut model ekuilibrium tersela.[5]
Kondisi Eksternal yang Dipaksakan Ke Kelompok
kelompok kerja tidak muncul dalam isolasi. Dia merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar. Tim riset di divisi Dow, misalnya, harus hidup dalam aturan-aturan dan kebijakkan yang diberlakukan oleh kantor pusat divisi itu dan kantor-kantor korporasi Dow. Jadi semua kelompok bekerja dipengaruhi oleh okondisi eksternal yang dipaksakan dari luar.

Model Perilaku Kelompok


Strategi keseluruhan organisasi, yang lazimnya ditetapkan oleh manajemen puncak, merangkum sasaran organisasi dan cara untuk mencapai sasaran ini. Misalnya, strategi ini mungkin mengarahkan organisasi kepengurangan biaya, perbaikan kualitas, perluasan pangsa pasar, atau penciutan ukuran oprasi keseluruhan.
            Organisasi mempunyai struktu otoritas yang mendefinisikan siapa melapor kepada siapa, siapa mengambil keputusan, dan keputusan apakah yang kuasa pengambilannya diberikan keindividu atau kelompok. Lazimnya kelompok ini menentukan dimana kelompok kerja tertentu ditempatkan dalam hierarki organisasi, pemimpin formal kelompok itu, dan hubungan formal antara kelompok.
            Organisasi menciptakan aturan, prosedur, kebijakkan, dan ragam lain peraturan formal unutk membakukan perilaku karyawan. Makin formal peraturan yang yang diberlakukan organisasi itu ke semua karyawannya, makin konsisten dan makin bisa dipredisikanlah perilaku anggota kelompok kerja itu. Anggota kelompok manapu adalah pertama-tama, anggota organisasi, dimana kelompok itu merupakan bagiannya.

Sumber Daya Anggota kelompok
Sebagian besar potensi tingkat kinerja kelompok bergantung pada sumber daya yang dibawa masing-masing anggota ke kolompok. Dibagian ini, kita melihat dua sumber daya yang telah menerima perhatian paling besar, yaitu kemampuan dan karakteristik kepribadian.

Pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan
Sebagian kinerja kelompok dapat diperkirakan dengan menilai pengetahuan, keterampialan, dan kemampuan masing-masing anggota. Tinjauan terhadap bukti telah menemukan bahwa keterampilan hubungan antarpersonal secara konsisten muncul sebagai hal yang penting bagi kinerja tinggi kelompok kerja. Kemampuan sebagai parameter tentang apa yang dapat dilakukan dan seberapa efektif mereka melakukannya dalam kelompok.

Karakteristik Kepribadian
Sejumlah studi menunjukan bahwa ada hubungan antara sifat-sifat kepribadian dan sikap terhadap perilaku. Sifat-sifat kepribadian para anggota kelompok mempunyai efek terhadap prestasi kelompok oleh pengaruh kuat tentang bagaimana anggota kelompok berinteraksi dengan para anggota kelompok yang lain.

Struktur Kelompok
kelompok kerja memiliki suatu struktur yang menbentuk perilaku anggotanya. Menurut Robbins & Judges (2009), ada lima struktur dimaksud, yaitu:
1.      Peran: harapan akan seperangkat pola perilaku, yang dikaitkan pada seseorang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam kelompok. Tiap kelompok yang berlainan mengenakan persyaratan peran yang berlainan pada individu. Perilaku-perilaku dimaksud adalah peran identitas, peran persepsi, peran harapan, dan peran konflik.
2.      Norma: standar perilaku yang dapat diterima baik dalam sebuah kelompok yang digunakan bersama oleh anggota kelompok.
3.      Status:posisi atau peringkat yang didefinisikan secara sosial yang diberikan pada kelompok atau anggota kelompok oleh individu lain.
4.      Ukuran: besar kecilnya grup memengaruhi perilaku keseluruhan kelompok. Kelompok besar sangat baik memeroleh masukan yang beraneka, tetapi grup kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif dengan masukan tersebut.
5.      Keterpaduan: tingkat dimana para anggota kelompok saling tertarik dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok.
Peran adalah perangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Peran juga merupakan pola perilaku yang diharapkan yang berhubungan dengan kedudukan seseorang didalam suatu organisasi.Banyaknya peran yang dimiliki seseorang menyebabkan harus mampu untuk merubah perilakunya seuai dengan peran yang dimainkan.
1.   Identitas peran
Identitas peran merupakan sikap dan perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan peran tertentu.
2.   Persepsi peran
Persepsi  peran merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana seharusnya ia bersikap dan berperilaku atas suatu posisi tertentu dalam organisasi.
3.   Pengharapaan peran
Pengharapan peran dapat didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini apa seharusnya tindakan Anda dalam situasi tertentu.
4.   Konflik peran
Adakalanya beberapa peran yang dimiliki seseorang terjadi adanya pertentangan sehingga menimbulkan adanya konflik peran. Bila individu dihadapakan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya adalah konflik peran.

Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi tergantung pada apakah pekerjaan itu bersifat aditif, konjungtif atau disjangtif. Tugas yang bersifat aditif bahwa prestasi akhir dari suatu kelompok merupakan penjumlahan dari kontibusi masing-masing anggota.
 
Komposisi Anggota Kelompok
Sebagian besar tugas menutut adanya suatu keaneka ragaman keterampilan dan pengetahuan. Dengan perkataan lain bahwa komposisi anggota kelompok yang heteroginitas ajakan lebih efektif dari kelompok yang homogin.

Proses kelompok
komponen berikutnya dari model perilaku kelompok adalah proses yang terjadi dalam organisasi seperti pola komunikasi yang dipakai kelompok dalam menyampaikan informasi, proses pengambilan keputusan kelompok, perilaku pemimpin, dinamika kekuasaan, dan konflik yang terjadi dalam interaksi ientern dan antar kelompok.

Tugas Kelompok
            Komponen terakhir dari model kelompok adalah tugas kelompok. Secara umum sifat tugas dapat dibedakan menjadi dua yaitu kompleks dan tugas yang sederhana.

Kohesivotas dalam Kelompok
Kohensivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu  kelompok. Kohensivitas ditujukan dalam bentuk keramahtamahan anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama.

Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok
Bentuk paling lazim dari pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam kelompok interaksi. Kelompok interaksi merupakan tipe kelompok dimana anggota berinteraksi tatap muka dengan yang lain. Sumbang saran merupakan proses pelatihan gagasan yang secara khusus mendorong semua alternatif apa saja sambil menahan setiap kritik terhadap alternatif-alternatif itu.


[1] Gitosudarmo Indriyo dan I Nyoman Sudita, Prilaku Keorganisasian, edisi Pertama, BPFE, Yagyakarta:2000, h. 57.
[2] Robbins Stephen P, Prilaku Organisasi, edisi Kesepuluh, Indeks: 2006, h. 303.
[3] Robbins Stephen P. Dan Coulter Marry, Manajemen, PT. Prehalindo, Jakarta:1999, halm. 424

[4] Robbins Stephen P, Prilaku Organisasi, edisi Kesepuluh, Indeks: 2006, h.304
[5] Ibid 308

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orientasi Nilai

Akaah dan Lund mengatakan Nilai harus dibedakan dari konsep-konsep yang lain seperti, pendapat dan sikap. Nilai lebih umum dan kurang terikat secara spesifik untuk setiap objek yang bertentangan dengan banyak pendapat dan sikap, karena itu nilai bisa mendasari berbagai pendapat dan sikap. Nilai adalah standar yang membantu seorang individu merasionalisasi sikap dan tindakan secara pribadi dan sosial yang dapat diterima. [1] Karena nilai-nilai memiliki faktor sosial, memungkinkan seorang individu mengalami rasa bersalah ketika mereka berperilaku tidak sesuai dengan harapan sosial yang mereka anut. Nilai dapat digunakan untuk merasionalisasi perasaan pribadi, moralitas dan kompetensi, untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri, meskipun nilai-nilai ini dipertahankan dengan perilaku yang tidak pantas. Konsep nilai banyak digunakan dalam penelitian guna membandingkan perilaku lintas budaya. Rokeach mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap lebih secara pribadi atau sosi

PERILAKU INDIVIDU

P ara ahli psikologi,sosiologi , dan , baru-baru ini perilaku organisasi telah menyelidiki prediktor langsung perilaku individu dan kinerja . Salah satu formula paling awal dari kinerja adalah orang dan situasi (Kinerja = orang + situasi) , di mana orang termasuk karakteristik individu dan situasi mewakili faktor eksternal yang ber pengaruh pada perilaku individu . Rumus mengatakan kinerja =kemampuan +motivasi , atau terkadang dikatakan keterampilan dan kehendak , karakteristik yang spesifik dalam kinerja individu adalah kemampuan, motivasi , dan situasi. Empat faktor  yang berpengaruh pada perilaku individu adalah motivasi , kemampuan , peran , dan situasional   (motivation, ability, role perceptions, and situational /MARS) . Jika salah satu dari personal rendah dalam faktor tertentu , karyawan akan melakukan tugas buruk . Motivasi ( Motivation) sebagai kekuatan dalam diri seseorang yang mempengaruhi arah intensitas dan ketekunan perilaku. Motivasi adalah tujuan - diarahkan,