Langsung ke konten utama

Pelatihan dan Pengembangan

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Pegawai baru di dalam sebuah organisasi memiliki kecakapan pengetahuan dan ketermapilan yang berbeda, ada yang baru menyelesaikan studi, ada yang pekerja pemula, ada juga yang telah memiliki pengalaman pada organisasi lain. Pegawi baru perlu belajar dan menyesuaikan diri dengan organisasi, kebijakan-kebijakanya, dan prosedur-prosedur kerjanya. Agar pegawai dapat bekerja secara maksimal diperlukan pemberian program orientasi, pelatihan, dan pengembangan meskipun banyak memakan waktu dan biaya.
Pelatihan dan pengembangan memiliki tujuan; pertama, untuk menutup ‘gap’ antara kecakapan dan kemampuan pegawai dengan permintaan jabatan (pekerjaan), kedua, pelatihan dan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Sehingga perputaran (turnover) tidak begitu tinggi dan membantu pegawai untuk mengatasi keusangan dalam melaksanakan pekerjaan.
A. Pengertian
Pegawai yang memulai pekerjaan baru membutuhkan perkenalan mengenai pekerjaan atau organisasi, perkenalan ini disebut orientasi. Atau sebuah prosedur untuk memberikan karyawan baru tentang informasi latar belakang dasar tentang perusahaan.[1] Orientasi merupakan pengenalan terhadap  organisasi tentang sejarah, kebijakan, peraturan-peraturan, unsur pimpinan, tunjangan karyawan, sistem penggajian, cuti dan liburan, kebutuhan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, dan lain-lain kepada pegawai baru, dalam rangka mengakrabkan pegawai dengan tujuan dan nilai yang dihargai organisasi.
Sasaran-sasaran dari orientasi untuk mengurangi kecemasan awal yang dirasakan oleh semua pegawai baru ketika mereka memulai pekerjaan baru, orientasi memperkaya informasi seputar organisasi, rasa tanggungjawab, tugas-tugas, dan kinerja akan di nilai.
Istilah pelatihan (training) dan pengembangan (development) dikemukan oleh Dale Yolder, istilah pelatihan untuk pegawai dan pengawas, sedangkan pengembangan ditujukan untuk pegawai tingkat manajemen.[2] Atau menurut T. Hani Handoko[3] pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin, serta dipersiapkan untuk pekerjaan-pekerjaan saat ini.
Pelatihan merupan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar pegawai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab secara baik, sesuai dengan standar kinerja.[4] pelatihan juga dapat diartikan sebagai proses mengajarkan pegawai baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.[5] pelalatihan mengacu pada peningkatan keterampilan yang dibutuhkan saat ini atau yang segera muncul.
Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana pegawai managerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.[6] pengembangan ditujukan untuk menyiapkan pegawai dalam memegang tanggungjawab dimasa akan datang, dengan ruang lingkup untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.[7] Perkembangan mengacu pada peningkatan keterampilan dalam jangka panjang.
Kegiatan pengembangan ditujukan bagi para pegawai dalam mempersiapkan kemajuan karirnya dikemudian hari, kegiatan pengembangan juga menjamin bahwa para pegawai memenuhi syarat untuk posisi yang mereka cita-citakan.
Pegawai yang baru bergabung dengan organisasi, pegawai yang baru dipindah tugaskan, atau pegawai yang dipromosikan, mungkin saja tidak cukup memiliki keterampilan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perubahan teknologi yang begitu cepat, rancang ulang pekerjaan, dan perubahan strategi organisasi. Kesemuanya itu menuntut keterampilan dan pengetahuan yang dapat diperoleh melalui orientasi, pelatihan, dan pengembangan.

A.     Langkah-Langkah Pelatihan dan Pengembangan
Orientasi, latihan dan pengembangan sebagai upaya mengurangi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan kerja yang buruk, atau upaya menambah keterampilan-keterampilan dan pengetahuan baru yang memungkinkan untuk meneingkatkan prestasi pegawai.
Program pelatihan dan pengembangan tidak hanya bermanfaat bagi individu pegawai, tetapi juga bermanfaat bagi organisasi dan hubungan antar kelompok. Pelatihan dan pengembangan merupakan upaya organisasi dalam berinvestasi dan menjaga asset sumber daya manusia.
Program pelatihan dan pengembangan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan: menilai dan identifikasi kebutuhan, menetapkan tujuan dan sasaran program, menetapkan isi program, dan memperhatikan prinsip-prinsip belajar.[8] tahapan pelatihan dan pengembangan menurut Dessler ada lima langkah, yaitu: analisis kebutuhan (mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan), rancangan intruksional (menyusun dan memprediksi program pelatihan dan pengembangan), serta keabsahan (memperkenalkan program di hadapan audien), implementasi, evaluasi dan tindak lanjut.[9]
Untuk menetapkan pendekatan yang digunakan dalam pelatihan dan pengembangan, perlu dilakukan diagnosa masalah-masalah yang ada dan tantangan-tantangan lingkungan. Identifikasi masalah dan tantangan yang dihasilkan, kemudian diatasi dengan pelatihan dan pengembangan. Selain itu terkadang perubahan strategi organisasi juga menuntut kebutuhan pelatihan.
Identifikasi kebutuhan pelatihan dapat didekati dengan dua teknik utama yaitu analisis tugas dan analisis kinerja. Analisis tugas, merupakan suatu telaah yang rinci tentang sebuah pekerjaan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dituntut sehingga suatu program pelatihan yang tepat dapat dimulai. Analisis kinerja digunakan untuk memverifikasi bahwa ada kemerosotan kinerja dan menetapkan apakah kemerosotan itu diperbaiki melalui pelatihan atau melalui sarana lain.
Setelah kebutuhan pelatihan dianalisis, langkah selanjutnya menetapkan sasaran dari pelatihan dan pengembangan yang kongkrit dan terukur, artinya membuat sebuah deskripsi tentang suatu kinerja yang ingin mampu ditunjukkan oleh peserta program sebelum peserta dianggap mampu. Sasaran ini mencerminkan perilaku dan kondisi yang diinginkan, sekaligus berfungsi sebagai standar pengukuran prestasi kerja pegawai dan efektifitas program. Dan tujuan menspesifikasi apa yanghendaknya mampu diselesaikan oleh peserta latihan setelah mengikuti program latihan dan pengembangan.
Isi program dibuat berdasarkan identifikasi kebutuhan dan sasaran pelatihan dan pengembangan. Program pelatihan dan pengembangan mungkin berupaya untuk mengajarkan berbagai keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang dibutuhkan atau mengubah sikap. Bagaimanapun isi program hendaknya dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan pegawai (peserta), bila salah satunya saja tidak dapat dipenuhi dalam isi program, maka pelatihan dan pengembangan akan sia-sia.
Isi program pelatihan dan pengembangan agar dapat efektif, harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar. beberapa prinsip belajar (learning principle) yang dapat digunakan sebagai pedoman belajar yang efektif adalah partisipatif, relevan, pengulangan (repetisi), dan pemindahan, serta memberikan umpan balik mengenai kemajuan peserta pelatihan. Prinsip ini tetap memperhatikan tujuan pembelajaran bagi organisasi, yaitu: pengetahuan kognitif, hasil yang didasarakan keahlian, dan hasil yang berpengaruh. Disamping itu harus menyadari perbedaan individu peserta.
B.     Teknik Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan dan pengembangan didesain untuk meningkatkan prestasi kerja, kepuasan kerja, dan meminimalkan tingginya ketidakhadiran pegawai (absence), perpindahan pegawai (turnover). Pengelompokan Teknik /metode yang paling populer dalam program pelatihan dan pengembangan, adalah: pelatihan di tempat kerja (on-the-job trainig) dan pelatihan di luar tempat kerja (off-the-job training).[10]
Penggunaan teknik/metode pelatihan dan pengembangan sangat tergantung pada kemampuan teknik memenuhi faktor-faktor: efektivitas biaya, isi program yang dikehendaki, kelayakan fasilitas, preferensi dan kemampuan peserta, preferensi dan kemampuan instruktur (pelatih), dan prinsip-prinsip belajar.
Pelatihan di tempat kerja (on-the-job trainig), metode yang paling banyak digunakan. Metode ini merupakan suatu bentuk latihan untuk mempelajari suatu pekerjaan sambil bekerja atau membuat seseorang belajar dengan cara menjalankannya secara sungguh-sungguh. Teknik pelatihan ini mengajar para peserta untuk belajar mengamati pegawai-pegawai yang berpengalaman dan bekerja dengan bahan, personalia, dan peralatan yang sesungguhnya. Beberapa jenis pelatihan di tempat kerja adalah rotasi jabatan, coaching, instruksi pekerjaan, system penilaian prestasi, dan penugasan sementara.
Pelatihan di luar tempat kerja (off-the-job training), biasa dilakukan bila memiliki risiko sangat tinggi, dan keterampilan yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, misalnya pelatihan bagi pilot atau pembentukan tim kerja manajemen yang handal. Pelatihan di luar tempat kerja memakan biaya yang tinggi, dan peserta pelatihan biasanya selalu membawa kondisi ditempat kerjanya. Teknik off-the-job training secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu teknik simulasi (studi kasus, role playing, business games, vestibule training, latihan laboratorium, program pengembangan eksekutif) dan teknik presentasi informasi (metode kuliah, programmed intruction, self study, analisis transaksional, presentasi vidio, metode konferensi).
On-the-Job Trainig
Rotasi jabatan, adalah pemindahan secara menyamping atau literal yang memungkinkan peserta pelatihan bekerja pada berbagai macam pekerjaan. Latihan intruksi pekerjaan, adalah berupa petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan terutama tentang cara pelaksanaan pekerjaan. Magang (apprenticeship), adalah proses belajar terstruktur yang diberikan oleh pegawai yang lebih berpengalaman (intruksi kelas) dikombinasi pelatihan ditempat kerja. Coaching, adalah metode bimbingan dan pengarahan kepada pegawai dalam pelaksanaan kerja rutin mereka seperti hubungan antara dosen dan mahasiswa. Penugasan sementara, adalah penempatan pegawai pada posisi tertentu (seperti, panitia) pada jangka waktu tertentu.
Off-the-Job Training
1.      Metode Simulasi
Metode pelatihan ini menggunakan pendekatan representasi tiruan (artificial) suatu aspek organisasi, dan peserta diminta untuk merespon seperti pada tempat kerja sesungguhnya. Metode simulasi yang banyak digunakan adalah: pertama, metode studi kasus merupakan metode yang mendeskripsikan aspek-aspek organisasi terpilih dan dibuat dalam lembar kasus dan peserta diminta untuk membuat keputusan. Kedua, role playing merupakan teknik bermain peran dalam pelatihan tetapi tidak dibatasi oleh naskah permainan. Ketiga, business games merupakan simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi tempat kerja. Keempat, vestibule training merupakan program latihan yang menggunakan pelatih-pelatih husus dengan menggunakan peralatan kerja yang sama tetapi tempat kerja yang berbeda. Kelima, latihan laboratorium merupakan untuk mengembangkan keterampilan antar pribadi diantaranta dengan bentuk latihan sensitivitas (kepekaan) terhadap orang lain. Keenam, program pengembangan eksekutif merupakan program yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan atau universitas dengan menawarkan paket-paket tertentu (khusus).

2.      Metode Presentasi Informasi
Metode ini bertujuan mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode presentasi informasi yang banyak digunakan adalah: pertama, metode kuliah merupakan bentuk tradisional menyampaikan informasi kepada banyak peserta dan biaya yang murah (ceramah). Kedua, metode presentasi vidio merupakan alat pelengkap metode lain dalam bentuk presentasi TV, Film, Slide dan lainnya (audiovisual). Ketiga, metode konferensi merupakan metode siminar sebagai pengganti metode kuliah dengan orientasi pada diskusi masalah yang ditetapkan. Keempat, programmed intruction merupakan metode dengan menggunakan komputer untuk secara bertahap meningkatkan pengetahuan atau keterampilan (dengan komputer diperkenalkan topik dan langkah-langkah yang akan dipelajari). Kelima, Studi sendiri (self study) merupakan metode yang biasa menggunakan modul-modul tertulis atau vidiotipe rekaman.
Pengembangan sumber daya manusia berbeda dengan program-program pelatihan, pengembangan SDM ditujukan pada kesiapan pegawai pada masa akan dating dan dalam waktu yang panjang, juga sebagai upaya untuk menghadapi persoalan yang sering terjadi dalam organisasi, tuntutan kemampuan untuk menghadap persoalan/tantagan merupakan bagian dari pengembangan SDM. Masalah-masalah yang sering muncul adalah: pertama, masalah keusangan (obsolescence) terjadi akibat pegawai tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif. Kedua, perubahan-perubahan sosioteknis (social teknologi), seperti persoalan gender dan perkembangan teknologi. ketiga, perputaren (turnover) pegawai dari satu tempat ketempat lain (keluar masuk pegawai).
C.     Evaluasi Program Pelatihan dan Pengembangan
Program pelatihan dan pengembangan merupakan proses transformasi pengetahuan dan keterampilan. Kriteria keberhasilan dari suatu program pelatihan dan pengembangan, berupa: kriteria pendapat (persepsi peserta), kriteria perubahan sikap, perilaku kerja, dan kriteria sukses kerja (kinerja tinggi). Tahap-tahap evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut:


 















[1] Gary Dessler, Manajemen Sumber, h. 262.
[2] Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber, h. 43.
[3] T. Hani handoko, Manajemen Personalia, h. 104.
[4] Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya, h. 135.
[5] Gary Dessler, Manajemen Sumber, h. 263.
[6] Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber, h. 44.
[7] T. Hani handoko, Manajemen Personalia, h. 104.
[8] T. Hani handoko, Manajemen Personalia, h. 108.
[9] Gary Dessler, Manajemen Sumber, h. 266.
[10] T. Hani handoko, Manajemen Personalia, h. 110.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orientasi Nilai

Akaah dan Lund mengatakan Nilai harus dibedakan dari konsep-konsep yang lain seperti, pendapat dan sikap. Nilai lebih umum dan kurang terikat secara spesifik untuk setiap objek yang bertentangan dengan banyak pendapat dan sikap, karena itu nilai bisa mendasari berbagai pendapat dan sikap. Nilai adalah standar yang membantu seorang individu merasionalisasi sikap dan tindakan secara pribadi dan sosial yang dapat diterima. [1] Karena nilai-nilai memiliki faktor sosial, memungkinkan seorang individu mengalami rasa bersalah ketika mereka berperilaku tidak sesuai dengan harapan sosial yang mereka anut. Nilai dapat digunakan untuk merasionalisasi perasaan pribadi, moralitas dan kompetensi, untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri, meskipun nilai-nilai ini dipertahankan dengan perilaku yang tidak pantas. Konsep nilai banyak digunakan dalam penelitian guna membandingkan perilaku lintas budaya. Rokeach mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap lebih secara pribadi atau sosi

PERILAKU INDIVIDU

P ara ahli psikologi,sosiologi , dan , baru-baru ini perilaku organisasi telah menyelidiki prediktor langsung perilaku individu dan kinerja . Salah satu formula paling awal dari kinerja adalah orang dan situasi (Kinerja = orang + situasi) , di mana orang termasuk karakteristik individu dan situasi mewakili faktor eksternal yang ber pengaruh pada perilaku individu . Rumus mengatakan kinerja =kemampuan +motivasi , atau terkadang dikatakan keterampilan dan kehendak , karakteristik yang spesifik dalam kinerja individu adalah kemampuan, motivasi , dan situasi. Empat faktor  yang berpengaruh pada perilaku individu adalah motivasi , kemampuan , peran , dan situasional   (motivation, ability, role perceptions, and situational /MARS) . Jika salah satu dari personal rendah dalam faktor tertentu , karyawan akan melakukan tugas buruk . Motivasi ( Motivation) sebagai kekuatan dalam diri seseorang yang mempengaruhi arah intensitas dan ketekunan perilaku. Motivasi adalah tujuan - diarahkan,

Dasar-Dasar Perilaku Kelompok

Perilaku individu dalam kelompok adalah sesuatu yang lebih dari sekedar jumlah individu yang bertindak menurut caranya sendiri. Dengan kata lain, tindakan individu secara pribadi akan berbeda jika individu berada dalam suatu kelompok, itu sebabnya pemahaman kelompok di tempat kerja menjadi penting. Dalam organisasi , kelompok merupakan muasal organisasi. Suatu organisasi tersusun atas sejumlah kelompok formal mau pun informal , sehingga pemahaman akan kelompok merupakan hal mendsar dalam menjelaskan perilaku organisasi. A.   Pengertian Kelompok Kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu. [1] Kelompok juga didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. [2] Kelompok sebagai dua atau lebih individu yang beriteraksi dan saling tergantung yang berkumpul bersama untuk mencapai sasaran-sasaran tertent