Efektivitas
sebagai istilah relatif, yang selama bertahun-tahun para peneliti telah mendokumentasikan perubahan yang nyata
dan berkelanjutan tentang cara berpikir efektivitas sehingga difinisi konsep yang ada merupakan
sudut pandang dari para ahli masing-masing. Efektivitas menurut Robbins adalah
pencapaian sasaran[1].
Robbins dan Coulter mengatakan: “Effectiveness is often described as
“doing the right things” that is, doing those work activities that will help
the organization reach its goals”.[2]
Ini dapat dimaknai bahwa efektivitas sering dilukiskan dengan melakukan hal-hal
yang tepat atau benar, artinya pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan
yang membantu organisasi tersebut mencapai sasaran (tujuan).
Efektivitas
dapat dilihat sebagai rasio keluaran-masukan yang
membahas pertanyaan 'melakukan hal yang benar' untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan tujuan. Efektivitas mengukur nilai
tambah dari suatu organisasi dalam beradaptasi menawarkan produk atau jasa terhadap kebutuhan pelanggannya. “Effectiveness is an evaluation of how people, rather than processes or
markets, react to client demands”.[3] Efektivitas dapat dimaknai sebagai evaluasi
terhadap cara orang, proses atau
memasarkan, dalam bereaksi terhadap tuntutan klien. Dan sebuah organisasi dapat
dinilai efektif apabila anggotanya berhasil dalam mencapai tujuan.[4]
Efektivitas juga
sebagai kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[5]
Stanford mengatakan “effectiveness: the
extent to which you have achieved objectives, and the relationship between the
intended impacts and actual impacts of an activity”.[6]
ini dapat dimaknai sebagai tingkat upaya yang telah dilakukan
untuk mencapai tujuan, dan
hubungan antara hasil yang
diharapkan dan fakta aktual dari suatu kegiatan.
Beberapa pengertian
tersebut diatas dapat diambil pengertian bahwa efektivitas adalah bagaimana
melakukan kerja yang tepat (manajemen) untuk membantu tercapainya tujuan
organisasi yang diukur melalui nilai tambah dan adaptasi organisasi terhadap
tuntutan pelanggan.
Secara garis besar
kriteria efektifitas dapat dipecah
menjadi empat kategori:
1.
Ekonomi. Ini sangat
penting, sebagai organisasi
komersial yang secara ekonomi
tidak efektif tidak akan bertahan. Seperti semua kriteria lain, efektivitas suatu organisasi dalam hal ekonomi terkait erat dengan lingkungan ekonomi eksternal.
Atau organisasi yang efektif harus mampu beradaptasi dengan perubahan iklim
perekonomian.
2.
Teknologi. Efektivitas organisasi
memerlukan penggunaan teknologi untuk komunikasi internal sekaligus untuk layanan dan pengembangan produk dan
pengiriman. Sifat bisnis akan
berdampak pada peran teknologi,
efektifitas penggunaan sumber daya teknologi menjadi penting dalam keberhasilan individu bagi organisasi yang
efektif.
3.
Komersial. Sifat lingkungan
komersial di mana sebuah
organisasi
beroperasi adalah penting untuk keberhasilannya. Dalam hal ini, seseorang dapat mengidentifikasi pesaing sebagai kelompok stakeholder lain. Efektivitas dapat didefinisikan dalam hal mencari atau mengembangkan ceruk pasar tertentu, atau menghadapi
kompetisi dan mengambil pangsa pasar.
beroperasi adalah penting untuk keberhasilannya. Dalam hal ini, seseorang dapat mengidentifikasi pesaing sebagai kelompok stakeholder lain. Efektivitas dapat didefinisikan dalam hal mencari atau mengembangkan ceruk pasar tertentu, atau menghadapi
kompetisi dan mengambil pangsa pasar.
4.
Sosial. Hal ini dimaksudkan sebagai gagasan sosial
yang luas, termasuk sosial-politik,
tindakan etis dan budaya yang efektif. Organisasi
tidak hanya koleksi orang, tetapi juga berdampak pada orang (pelanggan, pemasok, pemegang saham dan masyarakat luas). Efek dari keberhasilan ekonomi atau kegagalan dampak sosial (kerja, standar hidup dan
kualitas hidup). Organisatoris mungkin memiliki tujuan, dimensi sosial
dan politik etis. Dengan demikian,
mereka mungkin bertentangan dengan tujuan-tujuan
ekonomi murni.
Dalam mempertimbangkan
karakteristik organisasi yang efektif
kita cenderung menemukan tema-tema yang
bersifat umum. Misalnya, Dunphy
(1981) memberikan sebuah daftar karakteristik organisasi yang efektif, yaitu:
1. tujuan yang jelas. 2. Struktur
terkait dengan tujuan. 3. Memetakan
lingkungan secara terus menerus dan beradaptasi.
4. Prosedur yang konsisten dengan berevolusi secara
sengaja. 5. Menjalankan kekuasaan
dengan cara yang mengakui pengaruh timbal balik. 6. Fleksibel, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
7. Keterbukaan informasi. 8. Berinisiatif dalam hubungan eksternal. 9. Konsep yang jelas tentang tanggung jawab sosial. 10. Bermakna, pekerjaan yang bervariasi dengan kesempatan belajar. 11. Komitmen untuk pertumbuhan
pribadi (pengembangan keterampilan yang direncanakan). 12. Saling mempercayai, menghormati dan mendukung. 13. Umpan balik kinerja yang akurat dan tepat waktu. 14. Penghargaan yasng adil dan
merata.
Sedangkan Steers mengatakan kriteria efektivitas
organisasi, adalah: 1) Adaptasi-fleksibilitas. 2) Produktivitas. 3) Kepuasan. 4) Profitabilitas.
5) Akuisisi sumber daya. 6) Tidak adanya ketegangan. 7)
Kontrol atas lingkungan. 8) Pembangunan.
9) Efisiensi. 10) Retensi (penahanan)
karyawan. 11) Pertumbuhan. 12) Integrasi. 13) Komunikasi terbuka. 14) Kelangsungan hidup. 15). Semua kriteria lain.
Cameron (1986) dalam Robert B. Carton
dan Charles W. Hofer membangun model kinerja dengan pendekatan: model tujuan (goal model), model sistem sumber daya (system resource model), model proses
internal (internal process model),
model konstituen strategi (strategic
constituencies model), model nilai-nilai bersaing (competing values model), model legitimasi (legitimacy model), model menyalahkan dan menggerakkan (fault-driven model), model sistem
berkinerja tinggi (high performing
systems model).
Dari delapan model tersebut Cameron
mengidentifikasi ke dalam tiga model:
Identified eight models of
organizational effectiveness from the strategic management literature, it can
be argued that there are actually only three distinct models: the goal-based,
multiple constituency and systems models of performance.
Sedangkan Richard L. Daft mengatakan dalam menentukan pencapaian tujuan organisasi, dapat dilihat dari model pendekatan tradisional dan pendekatan balanced scorecard. Pendekatan tradisional melihat bahwa organisasi membawa sumber daya dari lingkungan, sumber-sumber tersebut ditransformasi menjadi output dan dikirim kembali kelingkungan, model ini menghubungkan antara hubungan output, input, atau kegiatan internal, pendekatan tradisional didasarkan pada tujuan, berbasis sumber daya, atau indikator proses internal yang masing-masing memiliki sesuatu untuk ditawarkan, namun masing-masing seperti tunggal dan ketergantungan pada angka-angka finansial.
Dengan demikian suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila organisasi telah mencapai apa yang menjadi harapan organisasi dan stakeholder, harapan dikatakan tercapai bila memenuhi indikator keberhasilan organisasi. Atas dasar beberapa pendekatan yang terangkum pada beberapa model tersebut di atas, maka indikator secara umum setiap model membicarakan tentang ketercapaian tujuan, proses internal, sumber daya, pelanggan, dan pertumbuhan organisasi.
[1] Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi terjemahan Benyamin
Molan (Jakarta, PT Indeks Gramedia, 2006), h. 29.
[2] Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Management (Englewood Cliffs, Prentice
Hall, 1999), h. 8.
[3] Lee schlenker dan Alan Matchan, The Effective Organization The Nuts and
Bolts of Business (England, John Wiley & Sons Ltd, 2005), h. 13.
[4] Ivan T. Robertson, Militza Callinan
& Dave Bartram, Organizational
Effectiveness the Role Of Psychology (USA, John Wiley & Sons Ltd,
2002), h. 1.
[5] T Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta, BPFE, 2012), h. 7.
[6] Naomi Stanford, Organization
Design:The Collaborative Approach (Oxford, Elsevier
Butterworth-Heinemann Linacre House, Jordan Hill, 2005), h. 268.
Komentar
Posting Komentar