The adoption of human capital services by small and medium enterprises: A diffusion of innovation perspective By Brian S. Klaas, Malayka Klimchak, Matthew Semadeni, Jeanne Johnson Holmes.
ABSTRAK
Kurangnya
skala ekonomi secara tradisional membatasi penggunaan program
modal manusia kalangan usaha kecil dan
menengah (UKM/SMEs), model
outsourcing yang baru-baru ini muncul untuk menyediakan efektifitas biaya.
Menggambar pada difusi inovasi literatur, kami menerapkan model rational accounts dan institutional theory digunakan untuk
memeriksa mengapa SMEs berbeda dalam penggunaan modal manusia. Secara khusus menguji dampak ukuran SMEs dalam penerapan inovasi modal manusia,
dengan menggunakan survei dan
data lebih dari 400 SMEs.
Keywords: Small and medium sized enterprises Human capital
programs
Consulting firms
A.
Introduction
Dijumpai ada pengaturan program modal manusia yang
berbeda, secara positif modal manusia
mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam sektor usaha kecil program modal manusia
yang di kelola secara tradisional dipandang berbiaya tinggi. Sehingga meskipun
program modal manusia sangat signifikan, tatapi banyak perusahaan yang
membatasi penggunaan program modal manusia.
Program ini memberi perhatian dalam model outsourcing
yang dirancang untuk menghemat biaya. Sementara penggunaan model outsourcing pada
SMEs dilakukan secara sporadis, karena program modal manusia melalui
outsourcing pada SMEs merupakan hal yang baru. Dalam
difusi inovasi literatur,
ada dukungan untuk kedua perspektif account rasional
dan teori institusional. Kedua
perspektif secara efektif telah
digunakan untuk menjelaskan penggunaan
praktek sumber daya manusia dan kebijakan oleh perusahaan besar (Osterman,
1994; Batt, 2000).
Karena itu, kedua perspektif apakah relevan
dalam menjelaskan adopsi inovasi dalam
bentuk program sumber daya
manusia pada usaha kecil dan
menengah. Tapi bagaimana konteks perusahaan
kecil dan menengah akan mempengaruhi
para pemimpin perusahaan bereaksi terhadap tekanan dan tuntutan yang dibuat oleh strategi perusahaan
dan lingkungan atau informasi tentang adopsi sebelumnya oleh perusahaan lain?
dan lingkungan atau informasi tentang adopsi sebelumnya oleh perusahaan lain?
Klasifikasi usaha kecil dan menengah terdiri dari
perusahaan dengan jumlah karyawan yang
sangat kecil dengan sebanyak
500 karyawan. Proses yang disarankan oleh literatur difusi inovasi dapat beroperasi
secara berbeda dalam berbagai jenis usaha kecil dan menengah. Pemimpin pada perusahaan SMEs banyak
terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan sehingga mengetahui setiap
perubahan perilaku, dalam SMEs yang lebih besar kecil kemungkinan pemimpin akan
melihat perubahan perilaku itu. kemauan untuk berinvestasi modal manusia
dalam sektor usaha kecil memiliki implikasi yang cukup besar baik bagi individu
organisasi dan masyarakat pada umumnya (Heneman et al., 2000). Dengan
memeriksa mengapa keinginan
berinvestasi bervariasi di setiap UKM, dapat
memahami faktor-faktor yang dapat
memfasilitasi atau menghambat investasi
dalam modal manusia di sektor
usaha kecil.
B. Theory and background
The research setting
Program
modal manusia tidak umum digunakan
dalam sektor usaha kecil (Cook, 1999), maka studi ini memeriksa kesediaan
dari perusahaan kecil untuk berinovasi dengan program HR mengadopsi dan layanan
baru yang disediakan oleh pihak ketiga vendor. Secara
khusus, memeriksa adopsi inovasi di antara klien dari Professional Employer Organization
(PEO) yang sedang
dalam proses mengubah model
bisnisnya. Sedangkan secara
tradisional berfokus pada penyediaan layanan transaksi (yaitu, administrasi gaji dan manfaat program).
The rational accounts perspective on the diffusion of innovation
Inovasi
muncul untuk mengatasi tantangan organisasi atau teknologi, dan adopsi inovasi
diduga terjadi ketika perusahaan-perusahaan menghadapi tekanan
terbesar untuk mengatasi
tantangan-tantangan (Kraatz dan
Zajac, 1996). Tekanan
ini dapat timbul
dari kondisi bisnis saat ini
(misalnya, tekanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dalam menanggapi kerugian dalam pangsa pasar)
atau bisa muncul dari tekanan yang diantisipasi
sehubungan dengan pilihan strategis
yang dibuat oleh perusahaan (misalnya, kebutuhan untuk mengadopsi teknologi sebagai keputusan perusahaan untuk
memasuki pasar baru). Perspektif
ini bukan berarti bahwa adopsi
inovasi sebagai strategi yang unggul karena tidak semua inovasi efektif dalam mengatasi tantangan teknologi atau organisasi tertentu (Strang
dan Macy, 2001;
Abrahamson dan Fairchild,
1999).
Dalam
literatur manajemen strategis, perbedaan antara perusahaan yang mengejar diferensiasi dan orang-orang yang
mengejar kepemimpinan biaya telah diberikan banyak perhatian (Porter, 1980). Mengejar
kepemimpinan biaya lebih mungkin untuk membatasi sebagian besar karyawan
untuk kegiatan yang memerlukan investasi terbatas dalam modal manusia, dengan SMEs pemimpin memikul
tanggung jawab yang lebih besar untuk
kegiatan yang akan diklasifikasikan sebagai yang berharga dan unik dalam
kerangka arsitektur HR (Lepak dan Snell, 1999b).
Perusahaan kepemimpinan biaya berorientasi menekankan pengendalian biaya dalam rangka untuk bersaing atas dasar harga, strategi biasanya
dilakukan melalui kontrol manajerial, pengawasan, dan perbaikan proses inkremental (Sinclair et al,
2002;. Cohen dan
Klepper, 1996; Dess dan Davis, 1984 ).
Dalam SMEs difokuskan
pada kepemimpinan biaya, kontrol,
pengawasan, dan perbaikan proses inkremental sering dapat dicapai melalui mekanisme hierarkis yang berputar
di sekitar pemimpin SMEs, tugas jelas ditentukan,
dan batas pada kebijaksanaan karyawan. Dengan demikian, pendekatan semacam ini mungkin membutuhkan lebih sedikit dalam bentuk tingkat keterampilan karyawan dan juga kurang
dalam bentuk komitmen terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya, pendekatan semacam ini mungkin layak untuk kedua SMEs
yang sangat kecil serta mereka yang berada di ujung yang lebih besar dari
distribusi ukuran SMEs (Batt,
2000;. Fabo et
al, 2007). Diferensiasi
melalui inovasi yang signifikan dalam
produk dan layanan juga dapat mempengaruhi kebutuhan investasi
modal manusia. Dimana perubahan
yang lebih signifikan dibuat
dalam produk dan jasa, akan ada kebutuhan yang lebih besar bagi perusahaan untuk menguasai proses baru
(Youndt et al.,
1996).
C.
Hypothesis
1.
Ada
hubungan positif antara penekanan strategis diferensiasi dan SME yang menggunakan layanan modal manusia yang tersedia melalui vendor pihak ketiga.
2.
Hubungan antara
penekanan strategis diferensiasi dan penggunaan jasa modal
manusia melalui vendor akan positif dimoderatori
oleh ukuran SMEs, dengan hubungan yang
lemah antara SMEs
yang lebih kecil.
3.
Ada
hubungan positif antara ketidakpastian
lingkungan dan SME yang menggunakan
layanan modal manusia melalui vendor pihak
ketiga.
4.
Hubungan antara
ketidakpastian lingkungan dan penggunaan layanan modal manusia yang tersedia melalui vendor akan positif dimoderatori
oleh ukuran SME, dengan hubungan yang lemah
pada SMEs yang lebih kecil.
5.
Akan
ada hubungan yang positif antara tujuan pertumbuhan SME dan SME yang menggunakan jasa modal
manusia melalui vendor pihak ketiga.
6.
Hubungan antara
tujuan pertumbuhan dan penggunaan
jasa modal manusia yang tersedia melalui vendor akan positif dimoderatori
oleh ukuran SME, dengan hubungan yang lemah
antara SMEs yang lebih kecil.
7.
Eksposur
pemimpin SME untuk layanan HR di organisasi sebelumnya akan
berhubungan positif dengan penggunaan
layanan modal manusia yang tersedia melalui vendor pihak ketiga.
8.
Mengamati efek interaksi
antara Eksposur jasa HR dalam pekerjaan sebelumnya
dan a) strategis diferensiasi;
b) ketidakpastian lingkungan, dan c) tujuan
pertumbuhan. Di mana ada Eksposur layanan HR di
pekerjaan sebelumnya, efek
dari strategi diferensiasi, ketidakpastian lingkungan, dan orientasi pertumbuhan akan lebih besar.
D.
Methods
Data penelitian ini diperoleh melalui survei klien SME
dari Professional Employer Organization
(PEO), arsip catatan dari PEO, dan informasi yang diperoleh dari konsultan
sumber daya manusia dalam PEO tentang klien yang berpartisipasi dalam
penelitian ini. PEO bekerja dengan hampir 10.000 organisasi
klien yang terletak di Amerika Serikat.
Survey dilakukan terhadap 1453 klien dengan menggunakan stratified random
sampling, dengan stratifikasi berdasarkan ukuran klien. Sampel di ambil secara
acak terhadap 375 SME diperoleh dari PEO, dengan kategori ukuran klien sebagai
berikut: a) kurang dari 10 karyawan, b) 10-19 karyawan, c) 20-29 karyawan, dan d)
30 karyawan dan di atas.
Responden pemelitian terdidtribusi
di sejumlah industri. Jumlah terbesar perusahaan
berasal dari sektor jasa (21% dari sampel),
diikuti oleh perusahaan-perusahaan
di jasa profesional (21%), perdagangan eceran dan grosir (20%), keuangan,
insurance, dan real
estate (14%), barang tahan lama
manufaktur (8%), non-barang tahan lama manufaktur (5%), konstruksi dan pertambangan
(4%), dan pertanian (3%).
E.
Measures
Penggunaan
jasa modal manusia diukur dengan skala item
yang delapan (α = 0,89) dikembangkan
untuk penelitian ini. Pemimpin UKM diminta
untuk berpikir tentang berapa banyak mereka gunakan saat ini
membuat layanan modal manusia
dari PEO di
daerah yang berbeda. Tanggapan dibuat
pada skala respon lima poin mulai dari
"none" untuk Responden ditanya tentang penggunaan layanan mereka
di setiap bidang-bidang berikut: merekrut dan mempekerjakan karyawan, mengevaluasi dan
mengelola kinerja karyawan, pelatihan
karyawan dan manajer "sangat berat." , menentukan bagaimana untuk membayar dan menghargai karyawan, mengelola karyawan masalah
dan disiplin karyawan, mengelola
isu hubungan karyawan, meningkatkan motivasi dan semangat kerja, meningkatkan retensi karyawan. Barang-barang ini dipilih setelah meninjau berbagai layanan yang tersedia untuk klien. Kami dikecualikan
dari skala ini layanan
HR apapun yang telah
diklasifikasikan sebagai transaksional
dalam penelitian sebelumnya (lihat Klaas et al., 1999).
Diferensiasi diukur
dengan skala 4 item (α = 0,78), Ketidakpastian lingkungan diukur dengan skala
lima item (α = 0,80), Orientasi Pertumbuhan diukur dengan skala empat item (α =
0,83), paparan Sebelum HR diukur dengan skala tiga item (α "Pertumbuhan
tidak selalu tujuan utama kami." = 92).
F.
Results
Statistik
deskriptif dan korelasi antara variabel-variabel penelitian diperoleh
tingkat antar korelasi
antara variabel independen relatif sederhana, dengan
korelasi tertinggi yang diamati antara penggunaan jasa modal manusia dan log
dari total karyawan (r = 0,31), paparan sebelum HR
(r = 0,30),
diferensiasi (r =
0,29), ketidakpastian lingkungan (r = 0,29), dan orientasi pertumbuhan
(r = 0,24).
Selain itu, diferensiasi secara signifikan berkaitan dengan orientasi pertumbuhan (r = 0,26), ketidakpastian
lingkungan secara signifikan berhubungan
dengan orientasi pertumbuhan (r
= 0,24), dan
sebelum HR latar belakang
secara signifikan berhubungan dengan log
dari total karyawan (r = 0,23). Proposisi diuji dengan
menggunakan tujuh model yang
ditemukan:
Hipotesis 1 diperoleh koefisien untuk Diferensiasi
adalah positif dan signifikan (β = 1,87, pb0.001). Hipotesis 2
diperoleh koefisien dari interaksi Diferensiasi dan
Log Karyawan total positif dan signifikan (β
= 1,37, pb0.001). Hipotesis 3 diperoleh Ketidakpastian
Lingkungan positif dan signifikan
(β = 1,48,
pb0.001). Hipotesis 4 diperoleh interaksi
antara Ketidakpastian Lingkungan
dan Log Karyawan Total
positif dan signifikan (β = 1,44, pb0.001). Hipotesis 5, Orientasi
Pertumbuhan adalah positif dan signifikan (β = 0,73,
pb0.05). Hipotesis 6, interaksi Orientasi
Pertumbuhan dan Log Karyawan Total positif
dan signifikan (β = 0,81, pb0.05).
Hipotesis 7, menunjukan bahwa Sebelum Latar Belakang HR
adalah positif dan signifikan (β = 1,71, pb0.001). Hipotesis 8,
bahwa Interaksi dengan Diferensiasi dan Ketidakpastian Lingkungan berdua signifikan
(β = 1,10,
pb0.001 dan β
= 0,99, pb0.001,
masing-masing), tetapi interaksi dengan Orientasi Pertumbuhan itu tidak
signifikan.
G.
Discussion
Dalam
konteks sektor usaha
kecil, program sumber daya
manusia secara tepat harus
dipandang sebagai sebuah inovasi. Program-program ini tidak tradisional telah digunakan oleh SMEs dan vendor
baru belakangan ini mulai membuat
program program tersebut tersedia
melalui penggunaan model PEO (Klaas et al., 2005a, b). Namun, mengapa ada perbedaan pada SMEs dalam menggunakan program modal manusia.
Perbedaan penting akan diamati di
seluruh SMEs yang bervariasi dalam hal ukuran. Konsisten dengan perspektif rasional
account, di mana SMEs menghadapi tekanan yang menuntut respon yang lebih kepada
pelanggan atau kapasitas untuk cepat
menyesuaikan proses kerja, mereka lebih cenderung untuk terlibat dalam respon adaptif. Namun, respon adaptif cenderung bervariasi dengan ukuran SMEs. Dalam SMEs yang lebih kecil, banyak atau semua SMEworkforce kemungkinan akan jatuh dalam rentang langsung pemimpin SMEs kontrol dan pemimpin cenderung terlibat secara pribadi dengan proses seluruh perusahaan. Kondisi seperti itu cenderung mempengaruhi persepsi tentang ketergantungan pada modal manusia dalam perusahaan. Pemimpin lebih cenderung untuk melihat diri mereka secara pribadi menanggapi tekanan untuk tanggap pelanggan atau kebutuhan untuk mengubah proses kerja. Selanjutnya, karena banyak tenaga kerja perusahaan termasuk dalam rentang kontrol langsung pemimpin, maka lebih mungkin untuk melihat kemampuan untuk memodifikasi perilaku karyawan melalui on-akan arah dan umpan balik. Dengan demikian, sementara respon adaptif terhadap faktor-faktor yang disarankan oleh perspektif rasional account dapat diamati di SMEs baik kecil dan besar, sifat respon mereka mungkin berbeda dengan ukuran perusahaan.
menyesuaikan proses kerja, mereka lebih cenderung untuk terlibat dalam respon adaptif. Namun, respon adaptif cenderung bervariasi dengan ukuran SMEs. Dalam SMEs yang lebih kecil, banyak atau semua SMEworkforce kemungkinan akan jatuh dalam rentang langsung pemimpin SMEs kontrol dan pemimpin cenderung terlibat secara pribadi dengan proses seluruh perusahaan. Kondisi seperti itu cenderung mempengaruhi persepsi tentang ketergantungan pada modal manusia dalam perusahaan. Pemimpin lebih cenderung untuk melihat diri mereka secara pribadi menanggapi tekanan untuk tanggap pelanggan atau kebutuhan untuk mengubah proses kerja. Selanjutnya, karena banyak tenaga kerja perusahaan termasuk dalam rentang kontrol langsung pemimpin, maka lebih mungkin untuk melihat kemampuan untuk memodifikasi perilaku karyawan melalui on-akan arah dan umpan balik. Dengan demikian, sementara respon adaptif terhadap faktor-faktor yang disarankan oleh perspektif rasional account dapat diamati di SMEs baik kecil dan besar, sifat respon mereka mungkin berbeda dengan ukuran perusahaan.
Pemimpin dalam SMEs yang lebih besar
mungkin lebih sadar ketergantungan mereka pada modal manusia dan mungkin lebih bersedia
untuk mengadopsi modal manusia inovasi dalam menanggapi tekanan yang diciptakan
oleh lingkungan atau strategi. Sebaliknya, pemimpin perusahaan kecil dapat memandang
kontrol lebih besar atas proses dalam perusahaan mereka. Dengan demikian, mereka
lebih mungkin untuk mencoba untuk merespon tekanan diciptakan oleh lingkungan atau
strategi melalui aktivitas pribadi dan kontrol langsung atas proses kerja.
Disarankan oleh
perspektif rasional account, penggunaan program modal manusia setidaknya di
antara SMEs yang lebih besar. penekanan strategis pada diferensiasi dan ketidakpastian
lingkungan akan menciptakan kebutuhan yang lebih besar bagi karyawan yang bisa
beroperasi dengan kebijaksanaan, yang bisa merespon tuntutan perubahan, dan
yang lebih berkomitmen untuk tujuan organisasi secara keseluruhan. Di
perusahaan di mana ada ketidakpastian sedikit dan sedikit penekanan pada
diferensiasi, ketergantungan pada pemantauan yang relatif sederhana dan
mekanisme kontrol mungkin efektif. Dan di mana mekanisme tersebut efektif, ada
kemungkinan akan kurang perlu untuk ketergantungan pada programs. Penggunaan Program
modal manusia lebih tinggi di antara SMEs yang menempatkan penekanan lebih
besar pada diferensiasi dan ketidakpastian yang dihadapi cenderung lebih kuat
di kalangan SMEs yang lebih besar.
Penekanan pada
pertumbuhan dikaitkan dengan penggunaan yang lebih besar dari program modal
manusia, dengan hubungan yang kuat di kalangan SMEs yang lebih besar. Karena
kesulitan mengantisipasi efek ekspansi, pertumbuhan kemungkinan untuk
membuatnya sulit untuk mengelola tenaga kerja melalui spesifikasi hati-hati
tugas dan pemantauan cermat perilaku karyawan. Dimana pertumbuhan adalah
menekankan, SMEs akan menghadapi tekanan yang meningkat untuk menemukan cara
untuk mengelola karyawan yang konsisten dengan peningkatan karyawan dan otonomi
yang mendorong fleksibilitas dan komitmen terhadap tujuan organisasi.
Dalam penelitian ini,
penting untuk mempertimbangkan keterbatasan yang terkait dengan desain dan
metodologi digunakan di sini. Pertama, hasil didasarkan pada sampel SMEs yang
merupakan klien dari PEO yang sama. Dengan demikian, semua SMEs belajar di sini
memiliki telah terpapar dengan model bisnis yang sama dan mekanisme penyediaan
layanan, berpotensi mempengaruhi generalisasi hasil. Kedua, semua perusahaan
belajar di sini telah membangun hubungan dengan vendor pihak ketiga. Sementara
dalam banyak kasus yang didirikan relationshipwas terbatas pada layanan
transaksi, tetap mungkin bahwa perusahaan belajar di sini memiliki lebih banyak
pengalaman berinteraksi dengan vendor pihak ketiga dari perusahaan lain dalam
sektor usaha kecil. Dengan demikian, hasil yang diperoleh di sini tidak mungkin
tentu generalisasi ke perusahaan-perusahaan yang saat ini tidak bekerja dengan
vendor untuk mendapatkan modal baik transaksional atau manusia layanan.
Perusahaan yang saat ini tidak bekerja dengan vendor pihak ketiga dapat melihat
resiko yang lebih besar terkait dengan memperoleh manusia modal jasa dari PEO.
Dimana resiko tersebut dirasakan, pengaruh variabel yang disarankan oleh teori
institusional sebenarnya bisa lebih besar dari apa yang diamati di sini karena
mereka akan melayani untuk mengurangi risiko yang dirasakan. Ketiga, desain
cross-sectional adalah bekerja, yang dapat membatasi kemampuan kita untuk
kesimpulan. Keempat, data sementara itu diperoleh dari sumber yang berbeda,
kami sangat bergantung pada pemimpin UKM sebagai informan kunci. Dengan
demikian kunci, ukuran tergantung dan variableswere independen yang diperoleh
dari sumber yang sama, menimbulkan pertanyaan tentang apakah hasil kami
dipengaruhi oleh persepsi dipersepsikan bias. Namun, perlu dicatat bahwa
validitas peringkat yang diberikan oleh para pemimpin UKM didukung oleh tingkat
kesepakatan dengan sampel sub-dari konsultan sumber daya manusia dan oleh hasil
dari varians metode umum tes kami dilakukan. Akhirnya, masalah pengukuran perlu
mendapatkan perhatian juga.
Telaah terhadap hasil penelitian:
1.
Program modal manusia secara umum
dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan besar sehingga berpengaruh pada kinerja
pegawai, tetapi dalam penelitian ini kelaziman program modal manusia dicoba
diterapkan pada perusahaan SMEs yang tentunya tidak sesuai, apa lagi kerangka
teori yang digunakan Cook (1999) bahwa Program modal manusia tidak umum digunakan dalam sektor usaha kecil. Apalagi dalam
penelitian ini perusahaan yang mencoba menerapkan program modal manusia adalah
perusahaan menengah dan kecil, kedua perusahaan ini dari ukurannya saja sudah
berbeda.
2.
Metode dalam penelitian
ini menggunakan stratafied random sampling terhadap 375
SME dengan beragam jenis perusahaan, ada sektor jasa, jasa profesional, eceran
dan grosir, keuangan , insurance, real estade, manufaktur, konstruksi dan
pertambangan, dan pertanian. Dari jenis usaha yang beragam ini apakah
memungkinkan untuk distrata dalam pengambilan sampel, juga dalam penentuan
klien yang berjumlah dengan kisaran 10 – 30. Tampaknya metode sampling kurang
tepat akan lebih baik bila dilakukan pengambilan sample secara proporsional
random samplin.
3. Hasil penelitian, bila dilihat dari
tabel yang ada maka angka r terbesar pada penggunaan jasa modal manusia dan
jumlah karyawan, yakni 0.31. dan seluruh koefisien determinan
adalah positif dan signifikan. r 0.31
berarti bahwa hubungan diantara variabel-variabel penelitian tidak cukup kuat
karena masih di bawah 0.5. kemudian koefisien diterminan positif dan signifikan
dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang digunakan.
4. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dalam program modal
manusia, pada perusahaan-perusahaan dengan ukuran kecil di anggap biaya tinggi,
apalagi bila hasil riset ini akan diterapkan di-Indonesia tentu akan
berbenturan dengan kultur, lingkungan bisnis yang sama sekali berbeda dari
negara asal penelitian. Kalau mungkin diterapkan di Indonesia mungkin untuk
perusahaan menengah keatas.
Komentar
Posting Komentar